Wednesday 24 March 2010

Kelabu Ke-20

Aku sempat dibayangi oleh ketakutan akan datangnya hari ini.
Ketakutan yang dibuat oleh permainan pikiranku sendiri.
Ketakutan yang hanya aku yang memiliki.
Dan aku yang menganggap diriku sendiri spesial tanpa ada yang peduli.

Aku benci, aku sedih, aku kesal, aku marah, aku lelah, dan aku sakit...
Karena aku berjalan di jalan yang sama seperti kelabu pertama, kedua, ketiga dan kelabu-kelabu yang lainnya.
AKu tidak mampu menemukan apa yang harus aku cari, dan aku terlalu buta untuk mengetahuinya.
Aku pernah sarat akan mimpi, visi, dan misi, tapi aku tenggelam kini...
Entah siapa dan bagaimana aku bisa terselamatkan dari bencana yang datang dari dalam diriku sendiri.
Dan aku marah, memiliki seorang pria yang sama sekali tak memiliki mimpi
Hanya omong kosong yang ditawarkan padaku.
Aku benci, tapi aku tak sanggup berlari...
Ah terserah, ingin menulis saja malas rasanya...

Monday 4 January 2010

Jurnal Hati Versi Malam

Angin hari ini mengingatkan saya pada sesuatu
Sesuatu yang telah lama sekali hilang, dan menghitamkan periuk saya.
Ingin rasanya menghembuskan lagi asap yang pernah terbang ke dalam kalbu saya, yang telah lama tenggelam bersama kapal Nuh.

Hari ini, untuk pertama kalinya saya berani melihat apa yang disebut dengan rindu.
Rindu itu seperti tahi. Pura-pura saja tak kita inginkan, tapi begitu tak datang sungguh meninggalkan sakit. Rindu membuat kita berusaha membuangnya, dengan cara bertemu dia yang tercinta. Persis seperti tahi, kita juga berusaha membuangnya dengan cara bertemu dengan kakus.

Angin pernah membisikkan sesuatu pada saya. Sesuatu yang tak seorangpun mau melirik barang sedetik saja. Saya sangat menikmati angin tersebut, beserta bisikan2 nakalnya. Ingin rasanya duduk sendiri saja, bersama hujan dan kertas. Menorehkan luka dalam yang ingin saya kembalikan pada pemiliknya.

Ahhhh segar benar angin malam. Membelai lutut dan telinga, membuat jelaga dalam periuk turut menguap dan menengeluarkan bau yang teramat tak sedap. Hina sungguh hati dalam pelana, menanti satu hal, yang tak dilirik manusia...

Habis sudah handuk untuk menyeka keringat, keringat-keringat busuk yang kau lahurkan bersamaan saat entry ini dibaca...
Aku butuh cermin
Aku butuh engkau