Monday 4 January 2010

Jurnal Hati Versi Malam

Angin hari ini mengingatkan saya pada sesuatu
Sesuatu yang telah lama sekali hilang, dan menghitamkan periuk saya.
Ingin rasanya menghembuskan lagi asap yang pernah terbang ke dalam kalbu saya, yang telah lama tenggelam bersama kapal Nuh.

Hari ini, untuk pertama kalinya saya berani melihat apa yang disebut dengan rindu.
Rindu itu seperti tahi. Pura-pura saja tak kita inginkan, tapi begitu tak datang sungguh meninggalkan sakit. Rindu membuat kita berusaha membuangnya, dengan cara bertemu dia yang tercinta. Persis seperti tahi, kita juga berusaha membuangnya dengan cara bertemu dengan kakus.

Angin pernah membisikkan sesuatu pada saya. Sesuatu yang tak seorangpun mau melirik barang sedetik saja. Saya sangat menikmati angin tersebut, beserta bisikan2 nakalnya. Ingin rasanya duduk sendiri saja, bersama hujan dan kertas. Menorehkan luka dalam yang ingin saya kembalikan pada pemiliknya.

Ahhhh segar benar angin malam. Membelai lutut dan telinga, membuat jelaga dalam periuk turut menguap dan menengeluarkan bau yang teramat tak sedap. Hina sungguh hati dalam pelana, menanti satu hal, yang tak dilirik manusia...

Habis sudah handuk untuk menyeka keringat, keringat-keringat busuk yang kau lahurkan bersamaan saat entry ini dibaca...
Aku butuh cermin
Aku butuh engkau